Mazhab China dalam Teori Hubungan Internasional
Tidak bisa dipungkiri bahwa
perkembangan studi teori HI sejak tahun 1920-an telah didominasi oleh Barat.
Apa yang selama ini telah dirumuskan para scholars HI untuk
mensejahterakan dunia bisa dikatakan sebagai western-orientied atau
berpusat pada barat. Kenyataan akan belum adanya teori yang lahir selain dari
barat, kemudian membuat beberapa alternatif teori muncul. Kemunculan ini sering
kali dikaitkan dengan terbitnya tulisan yang disusun oleh Buzan dan Acharya
yang memberikan secercah cahaya untuk meniti teori-teori baru diluar barat.
Bisa jadi analisis akan sejarah dan peradaban yang berbeda wilayah ini akan
melahirkan inovasi-inovasi dan pemikiran segar dalam perkembangan studi HI.
Lahirnya semangat untuk menggali
teori-teori baru non-barat, bukan berarti gerakan ini menggambarkan sebuah
penolakan terhadap barat itu sendiri. Hanya saja apa yang selama ini dituangkan
para scholars HI, dinilai terlalu sempit jika hanya menganalisis apa yang
terjadi di barat untuk mencoba menggambarkan tatanan internasional. Hanya satu
referensi peradaban yang digunakan untuk menggambarkan dunia. Maka dari itu,
penting untuk melihat perspektif lain untuk memberikan alternatif dan corak
baru dalam studi HI. Salah satu dari alternatif teori yang ditawarkan dari luar
barat adalah teori HI mazhab China.
Sejarah Mazhab China dalam Hubungan Internasional
Istilah studi HI mazhab China
pertama kali keluar dari Zhang Minqian pada tahun 1991. Meskipun begitu,
erkembangan teori HI telah menjadi hal yang booming di China sejak akhir
tahun 1980an. Pada saat itu, para scholars yang ada disana mulai merenungi
untuk juga membuat sebuah perpektif baru dalam HI menggunakan pendekatan China.
Semangat akan hal ini salah satunya ditunjukkan dengan diterbitkannya sebuah
tulisan berbahasa China dengan artian, “Melakukan Upaya Membangun Teori HI
China”. Tulisan inilah yang dikira menjadi cikal bakal meluapnya perdebatan
terkait HI mazhab China. Namun sejauh ini, studi HI mazhab China belum
memperoleh pengakuan formal dalam kalangan scholars HI di belahan dunia.
Faktor Berkembangnya Studi Hubungan Internasional di China
Qin menjelaskan bahwa setidaknya ada
tiga faktor yang mempengaruhi berkembanganya studi HI di China. Pertama adalah
berkembangnya institusi-institusi yang ada di China. China memasukkan studi HI
dalam pendidikan formalnya untuk yang pertama kalinya pada tahun 1953 di
Renmin, Universitas China. Perkembangan dibentuknya kelas HI baru kemudian menyusul
di tahun-tahun berikutnya. Hal inilah yang melahirkan banyak sarjana HI di
China, kemudian terbentuklah asosiasi scholars HI China.
Kedua adalah dengan adanya berbagai
bacaan terjemahan para pemikir barat yang beredar di China. Literatur yang pertama
kali diterjemahkan adalah milik Morgenthau yang berjudul “Politics Among
Nations”. Penerjemahan ini diperkasai oleh sarjana HI China dari berbagai
belahan dunia seperti Eropa, Amerika, dan Jepang pada awal abad 20.
Penerjemahan teks ini kemudian melesat dan mencuri banyak perhatian. Ketiga
adalah karena masifnya analisis dan penilitian yang berfokus pada studi HI.
Banyak karya-karya baru menghiasi akademik China di bidang HI.
Potensi Hubungan Internasional Mazhab China
Qin meyakini bahwa setiap negara pasti
memiliki ciri khas teori, perspektif, juga idenya masing-masing dalam
menggambarkan hubungan internasional. Dalam hal ini, China memiliki konsep yang
disebut Datong atau Tianxia. Konsep Tianxia sendiri
merupakan salah satu dari pemikiran Konfusian. Memang dalam implementasinya, nilai-nilai
Konfusian yang tradisionalis beberapa telah memudar di China. Karenanya, ini
menjadi tantangan besar untuk mengelaborasikan konsep tradisionalis ini dengan
studi HI yang semakin kontemporer. Nilai-nilai Konfusian kemudian mendapat
perhatian lebih. Tianxia sendiri memiliki beberapa definisi. Tianxia
dapat diartikan bumi atau dunia. Kadang diartikan sebagai kerajaan atau
kekaisaran. Ada pula yang mengartikannya sebagai ‘semua yang ada di bawah
langit’. Jika disimpulkan, Tianxia memiliki makna sebagai seluruh
penduduk dunia yang ada di bawah langit.
Pendekatan Tianxia mengadopsi
sisi kekeluargaan. HI digambarkan seperti satu keluarga yang berada dibawah
satu atap. Setiap penghuni rumah menyerahkan otoritas tertinggi pada kepala
keluarga secara ikhlas atas dasar proximity. Nilai Tianxia
menuturkan kesuksesan keluarga berlaku harmoni dalam kesenjangan yang ada. Jika
konsep Tianxia diterjemahkan ke dalam HI, maka konsep ini berupaya memberikan
sistem baru untuk dunia dimana terdapat sebuah negara yang menjadi sentris
utama dan memiliki kontrol utama. Artinya terdapat hierarki yang direstui oleh
semua pihak karena sadar akan kesenjangan dan kondisi negara masing-masing. Kesadaran
ini akan membawa keharmonisan hubungan antar negara. Negara-negara kemudian
tidak perlu berlomba-lomba hingga saling menjatuhkan karena ada negara sentris
yang menjamin keberadaan mereka, bahkan untuk negara kecil sekalipun.
Tantangan Teori
Hubungan Internasional Mazhab China
Menurut Qin, sulitnya China untuk
memberikan berkontribusi dalam studi HI disebabkan oleh tiga faktor. Pertama
adalah konsep tradisional China masih minim kesadaran akan ke-internasional-an.
Kedua adalah karena teori-teori barat yang masih dominan dalam perdebatan
konsepsi teori China. Ketiga adalah karena sulitnya menetapkan konsep utama
dalam progres studi HI mazhab China. Hingga kini, mazhab China masih menjadi
perbincangan hangat di kalangan sarjana HI khususnya di China.
REFERENSI
Acharya, Amitav
dan Barry Buzan (editor). 2010. Non-Western Internasional Relations Theory:
Perspective on and Beyong Asia. London dan New York: Routledge
Bakry, Umar
Suryadi. 2016. Studi Hubungan Internasional Madzab China: Aliran Pemikiran
Alternatif. ALTERNATIF (Jurnal Ilmu Hubungan Internasional): Vol. 06, No. 1
Komentar
Posting Komentar