Kalopsia
pict by pinterest |
Pria itu lalu melangkah tanpa keraguan. Setiap langkahnya
melambangkan betapa tegas pendiriannya. Setiap langkahnya menggambarkan betapa
bijak pemikirannya. Dan setiap langkahnya menorehkan betapa ia ingin menutupi
perasaannya. Dilihatnya meja kosong di dekat jendela. Mendadak ia bersyukur
karena gadisnya keluar barusan. Tanpa perlu mendengar diskusi kecil
teman-temannya menanggapi pertanyaan itu.
Dengan mulut yang tiada hentinya meminta ampun kepada Sang Maha
Pengatur, si pria mencoba mengendalikan kembali dirinya. Suara-suara yang
menanggapi sedari tadi hanyalah angin semata. Mereka hanya tak paham rumitnya pertanyaan tanpa pengantar tersebut. Bukan begitu kenyataannya. Karena mereka yang masih berada diruangan, tidak berusaha menilai dari
sudut pandang gadisnya.
“Tidak semudah itu, bagi seorang perempuan.. untuk meninggalkan
seseorang yang dicintainya..” katanya lagi. Lebih pada dirinya sendiri. Lebih
pada hatinya yang tidak ingin si gadis terlihat jahat dihadapan teman-temannya.
Si pria menelan ludah dengan susah payah. Seolah mencoba memakan bulat-bulat
sesuatu yang baru saja ia simpulkan.
Pria itu kini tersenyum miris.
Bekasi, 2017
Kalopsia (n.)
The delusion of things being more beautiful than they really are.
:)
BalasHapus