Rahwana dan Kisah yang Tak Pernah Miliknya

pict from google

Dalam versi manapun, Rahwana selalu dikenang sebagai sosok antagonis yang penuh hasrat negatif dan keegoisan. Padahal sejak awal, ia hanya mencintai satu perempuan. Perempuan yang hatinya bukan untuknya; Dewi Shinta, istri Sang Rama.

Kecaman selalu mengiringi tindakan Rahwana yang menculik Shinta ke negeri Alengka.

Tapi sebenarnya, mana yang lebih tulus? Rama yang menginginkan Shinta karena memenangkan sayembara, atau Rahwana yang mencintai Shinta karena dia adalah Dewi Shinta?

Setiap harinya, tak pernah sedetikpun Shinta lalui dengan kekerasan. Rahwana memang menculiknya, namun ia begitu menghargai Shinta dan tak pernah memaksakan kehendak apapun. Tak berusaha menggenggam tangannya, melukai kesuciannya, tidak pula mengukungnya di ruang sempit. Cukuplah Dewi Shinta berada di sisinya.

Meski Rama mengetahui itu semua sebab ia mengutus Hanoman memata-matai Rahwana dan Shinta, tetap saja keraguan menguasai hatinya. Saat membunuh Rahwana dan berhasil mendapatkan kembali Dewi Shinta, Rama malah menolak Dewi Shinta dan mempertanyakan kesuciannya.

Padahal, basis dari sebuah hubungan adalah kepercayaan, kan?

Berbanding terbalik dengan Rahwana, yang hingga hembusan terakhir nafasnya, senantiasa memanjatkan ketulusan cinta, “Tuhan, jagalah ia untukku, yang tak pernah Engkau izinkan aku untuknya..."


Bekasi, 15 Januari 2023

Salah satu keinganan gue adalah buat bisa menyaksikan pertunjukan Ramayana di Candi Prambanan dan tari kecak yang nggak pernah absen mengisahkan mereka di Uluwatu, Bali. Bukan karena gue setertarik itu dengan seni, tapi karena gue selalu ingin mendengar versi-versi lain dari kisah Ramayana yang masyhur itu (nasib ngeship second lead HUAA)

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mazhab China dalam Teori Hubungan Internasional

Jejak Agama Allah di Azerbaijan

Hidup Tanpa Kecemasan Akan Esok