Teori Konstruktivisme dalam Studi HI
Sejarah dan Perkembangan
Great Debate IV menjadi titik yang membuktikan bahwa teori-teori HI terus mengalami perkembangan baik dalam analisis yang berbasis empirik maupun epistemologi. Teori-teori HI yang sejak awal didominasi dengan positivisme, membuat para scholars HI kesulitan untuk mampu mengkritik post positivisme secara mutlak karena ranah analisis dan bahasan postpositivisme yang berbeda. Apa yang disajikan oleh teori kritis, feminisme, dan postmodernisme bukanlah paradigma yang menekankan pada world politics, melainkan epistemologi.
Pada awal tahun 1990an, lahirlah teori baru yang disebut konstruktivisme. Konstruktivisme masuk ke dalam studi HI dipengaruhi oleh empat faktor. Yang pertama adalah motivasi untuk membangun kembali konsepsi dengan upaya mengkritik lebih kritis dan substantif tentang teori dan politik dunia. Yang kedua adalah berakhirnya Perang Dingin menegaskan bahwa tatanan global membutuhkan transformasi sistemik baru karena dinamika yang terjadi mulai bertentangan dengan teori yang ada sebelumnya. Yang ketiga adalah munculnya generasi baru, para pemikir muda yang berpotensi dalam mengelaborasikan konsep dan teori dengan empiris. Terakhir adalah antusiasme para scholars untuk mengangkat perspektif baru dan membelokkan perdebatan teoritis ke arah yang baru.
Konsep-Konsep Konstruktivisme
Yang membuat teori konstruktivisme menjadi teori yang menarik adalah teori ini berusaha untuk memadukan kedua teori Great Debate IV yaitu positivisme dan postpositivisme. Konsep-konsep segar yang ditawarkan konstruktivisme membuatnya kemudian juga dikenal sebagai the middle ground theory. Setidaknya ada tiga konsep utama yang dibawa oleh konstruktivisme, yaitu adalah struktur normatif dan ideasional, identitas aktor, serta hubungan antara struktur dan agen.
Tentunya pengaruh struktur dalam membentuk pola perilaku agen pada tatanan global sebelumnya telah dibawa oleh neorealisme dan neoliberalisme. Kedua neo ini berpendapat bahwa struktur memiliki pengaruh. Namun, struktur yang dimaksud oleh kedua neo ini adalah struktur material. Sementara itu, konstruktivisme mengangkat bahwa struktur normatif dan ideasional juga memiliki pengaruh yang tidak kalah pentingnya dengan struktur material. Ide, gagasan, kepercayaan, serta nilai juga membersamai aktor-aktor dalam mengambil setiap kebijakan dan perilaku.
Hal inilah yang menggambarkan perilaku AS yang merasa terancam dengan Kuba dibandingkan Kanada. Kuba dan Kanada, keduanya memiliki posisi geografis yang berdekatan dengan AS. Berdasarkan asumsi neorealis, seharusnya kekuatan militer yang dimiliki oleh Kanada membuat AS merasa lebih terancam dengan Kanada dibandingkan Kuba. Namun Kuba adalah negara sosialis. Nilai inilah yang membawa ide dan kepercayaan AS mengarah pada anggapan bahwa Kuba bukanlah ‘kawan’.
Selanjutnya konsep kedua yaitu identitas aktor. Konsep ini masih berhubungan dengan konsep yang pertama. Neorealisme dan neoliberal yang memandang internasional sebagai domain strategis untuk mewujudkan kepentingan aktor. Terlepas dari identitasnya, yang mana artinya identitas tidak berpengaruh. Lagi-lagi berlawanan dengan kedua neo, konstruktivisme percaya konstruktivisme percaya bahwa identitas aktor itu penting dalam pertimbangan keputusan yang akan diambil. Identitas aktor mempengaruhi perilaku yang akan dilakukan aktor terhadap negara lain. Contohnya adalah Indonesia yang memilih membantu Palestina dibandingkan Israel. Hal ini karena Indonesia memiliki kesamaan identitas dengan Palestina.
Konsep terakhir adalah menyangkut dengan hubungan struktur dan agen. Konstruktivisme kembali menentangan gagasan neo-neo yang beranggapan bahwa strukturlah yang mempengaruhi perilaku agen, sedangkan struktur tidak mampu dipengaruhi. Menurut konstruktivisme, kedua ini, baik struktur dan agen adalah saling membentuk satu sama lain. Keduanya bisa saling mempengaruhi dan pengaruh tidak hanya satu arah dari struktur ke agen.
Contohnya adalah keberadaan perjanjian internasional yang bermula dari kesepakatan antar negara baik itu bilateral maupun multilateral. Negara yang mengikatkan diri pada perjanjian akan berperilaku sebagaimana yang telah disepakati dan tidak melanggar poin-poin kesepakatan. Dapat diketahui bahwa ada perubahan perilaku negara sebelum dan sesudah perjanjian internasional ini dibentuk. Perjanjian inilah yang menjadi struktur yang mempengaruhi. Namun perlu diingat bahwa negara dapat membatalkan ataupun menyudahi perjanjian. Ini berarti struktur yang dapat diubah dan dapat dibentuk.
Kategori Konstruktivisme
Berdasarkan faktor penyusun idea/perspektif aktornya, konstruktivisme dibagi menjadi tiga varian. Yang pertama adalah konstruktivisme sistemik yang memfokuskan faktor eksternal sebagai pembentuk idea dan perspektif suatu aktor. Yang kedua adalah konstruktivisme unit level yang beranggapan bahwa faktor-faktor internal negaralah yang menjadi penyebab kelahiran ide dan perspektif aktor. Yang ketiga adalah penggabungan kedua faktor; eksternal maupun internal. Konstruktivisme aliran ini disebut sebagai konstruktivisme holistik.
Kritik terhadap Konstruktivisme
Konstruktivisme tentunya memiliki beberapa kritik-kritik terkait dengan konsep yang dijabarkannya. Salah satu kegagalan konstruktivisme adalah tidak ada penjelasan bagaimana norma-norma dan identitas dapat terbentuk. Konstruktivisme juga dinilai belum mampu menawarkan solusi untuk mengatasi keadaan dunia internasional yang anarki. Masih banyak lagi kritik terhadap konstruktivisme yang belum disampaikan dalam tulisan ini. Namun terlepas dari segala celahnya, tidak dapat dipungkiri bahwa konstruktivisme adalah salah satu teori yang memberikan sumbangan dan kontribusi besar dalam studi HI.
Komentar
Posting Komentar